Rabu, 22 Februari 2012

Tahayul dalam ilmu kimia

     Masyarakat primitive sangat lekat dengan hal-hal yang sulit masuk akal sebagai sesuatu yang sudah “ditakdirkan”. Para ilmuwan pun tidak lepas dari cara berpikir seperti itu. Dalam perkembangan ilmu kimia kita temui beberapa contoh salah satunya yaitu aturan octet yang menyatakan jika sutau senyawa akan bersifat stabil jika memiliki electron valensi delapan. Hal ini telah menghambat penelitian tentang kemungkinan unsure gas mulia membentuk senyawa. Namun kemudian, Rampsay dari india telah berhasil membuat senyawa xenon.
       Contoh lain yaitu tentang pemahaman sifat karbon. Pada awalnya, tidak ada satupun senyawa organic yang disintesis dilaboratorium, sehingga timbul suatu paham yang menganggap bahwa untuk menyintesis senyawa organic diperlukan daya hidup ( daya hidup seperti: seperti perasaan, emosi dan sebagainya). Paha mini disebut vitalisme. Namun demikian, pada tahun 1826, seorang ahli kimia dari jerman bernama Fredric wohler, berhasil menyintesis urea dari ammonium sianat melalui pemanasan. Dan sejak penemuan tersebut, kini telah ditemukan senyawa organic berhasil disintesis.Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan memang membawa peningkatan pemahaman manusia atas berbagai gejala alam. Namun, kemajuan tersebut seharusnya diimbangi dengan kebijakan dalam menyikapinya. Pendekatan rasionalnya saja tidak cukup, dibutuhkan sisi-sisi intlektual lain untuk memahami alam dan kehidupan secara utuh menyeluruh. Kearoganan manusia atas kemampuannya menggunakan rasio dapat membawa perasaan selalu skeptic dan tidak puas atas kehidupan yang dijalaninya.

0 komentar:

Posting Komentar

Text Widget